Judul: Korupsi dan Dialektika Kebahagiaan: Sebuah Analisis dengan Pendekatan Falsafah Akhlak Ibn Miskawaih
Penulis: Dr. Umar Sulaiman
Tebal Halaman: xx + 498
Ukuran Buku: 15 cm x 22 cm
No. ISBN: 978-602-50087-5-7
TENTANG PENULIS
Nama: Dr. Umar Sulaiman
Alamat: Kupang, Nusa Tenggara Timur
Email:
SEKILAS TENTANG BUKU
Korupsi merupakan sebuah bentuk krisis yang menimpa masyarakat modern. Menurut Hossein Nasr, manusia modern sedang berada di wilayah pinggiran eksistensinya, dan bergerak menjauhi pusat dirinya. Sedangkan pusat atau esensi dirinya itu bersifat spiritual. Kondisi ini juga dicemaskan oleh Arnold J. Toynbee. Menurutnya, setidaknya ada dua hal yang melanda manusia modern dewasa ini, yaitu kosongnya jiwa dari nilai-nilai spiritual dan tegarnya dimensi materialistis pada kehidupan mereka. Atau sebaliknya, dengan lebih dominan aspek spiritual dan melepaskan aspek material. Danah Zohar menganggap budaya modern ini sebagai spiritually dumb (spiritual bodoh) yang tidak hanya menimpa Barat, tetapi juga di negara-negara Asia yang telah terpengaruh oleh Barat. Daniel Goleman menyebutkan bahwa tahun-tahun terakhir milenium ini telah muncul dengan apa yang disebut the age of melancholy (zaman kemurungan) dan abad XXI menjadi the age of anxienty (abad kecemasan).
Kehadiran buku ini sangat penting karena mengungkap perihal korupsi dari sisi yang menarik, yaitu dalam wilayah kajian untuk mengetahui pengaruh korupsi terhadap orientasi kebahagiaan yang ingin dicapai oleh manusia. Kebahagiaan disini ditelaah melalui perspektif falsafah akhlak Ibn Miskawaih, yaitu kebahagiaan yang menghasilkan keutamaan dan kebaikan yang sempurna, sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan individu. Dan tujuan akhir dari semua kebahagiaan itu adalah kebahagiaan jiwa yang sekaligus sebagai keutamaan hakiki. Korupsi adalah sebuah manifestasi kesenangan. Kesenangan bukanlah sebuah bentuk kebahagiaan, karena kesenangan semacam ini senantiasa berhubungan dengan tubuh sehingga dapat dianalogikan sebagai obat untuk menghilangkan rasa sakit. Kesenangan semacam ini dapat menodai kemurnian dan kesucian jiwa. Kebahagiaan yang hakiki adalah terletak pada tercapainya keutamaan dan kebaikan. Puncak keutamaan dan kebaikan tersebut kemudian akan mengantarkan manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup, yakni Allah SWT.